header

- See more at: http://www.fathurrizqi.com/2013/09/membuat-slideshow-headline-news-blog.html#sthash.yZzLRfk1.dpuf

Sabtu, 06 Juni 2009

PENDAKIAN ARGOPURO : SURGANYA PARA PENDAKI



catatan pendakian Gunung Argopuro Bagian I

Break, break, break, pokoknya saya sudah tidak mau lagi ngejabanin segala rutinitas, diakhir Desember 2008 ini. Saatnya buat manja’in diri, naik gunung lagi bos, wah ide cemerlang dan keren pula. Buat pendakian kali ini, kita memutuskan untuk melakukan ekspedisi alam ke Jawa Timur, tepatnya Gunung Argopuro dan Gunung Rengganis, gunung paling timur di pulau Jawa ini, gunung yang kata para pendaki senior, gunung yang amat cantik, menakjubkan namun memiliki berjuta misteri, wess, ni makin menebalkan rasa penasaran kita, buat segera berpeluh-peluh ria menerobos sang gunung itu. Wait, kami datang.....!!!!!!!



Gunung Argopuro dengan ketinggian 3088 mdpl terletak di komplek Pegunungan Ijen Jawa Timur, terletak dianatara dua gunung raksasa lain, Gunung semeru dan Arjuno disebelah Barat, dan Gunung Raung disebelah timur. Dari Argopuro juga kita bisa melihat luasnya Selat madura, atau keanggunan Gunung Semeru. Gunung ini memang tidak lagi aktif, namun kemistikan gunung ini menjadi kelebihannya. Banyak cerita aneh di menyertai gunung ini dari waktu ke waktu, karena memang gunung ini berkaitan erat dengan Kerajaan Majapahit, hingga Jaman penjajahan Belanda atau Jepang. Gunung ini menurut cerita pernah dijadikan peristirahatan dan taman luas Dewi Rengganis, salah satu permaisuri Majapahit. Dan bukti berupa situs dan taman bisa menjadi buktinya.
Selain cerita mistisnya, gunung ini memilki trak dan permukaan alam yang bervariatif, mulai dari hutan hujan tropis, sabana, padang Adelweis, dan bebatuan kapur. Trak Gunung Argopuro adalah trak terpanjang di Indonesia, diperlukan tiga sampai empat hari untuk menaklukan gunung ini, dengan rata-rata membuat camp tiga kali, kecuali bagi pendaki yang telah mengenal tempat ini, bisa lebih cepat dari waktu tersebut. Gunung Argopuro dapat ditempuh melalui 2 jalur, yaitu dari Desa Bremi, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo, atau dari Desa Baderan, Kecamatan Sumbermalang, Kabupaten Besuki.

Satu lagi kelebihan gunung ini, walau jauh berkurang dari jaman Belanda dulu, di gunung ini masih terdapat banyak binatang liar, semisal babi hutan, rusa, lutung, burung merak, ayam hutan, dan macan. Untuk hewan buas berupa macan, teman kami, Kang Slay dan Kang Deni telah membuktikan keberadaan mahluk buas itu. Mereka berdua menemukan jejak kaki macan, dan yang lebih mengerikan lagi mereka sempat berpapasan dengan macan walaupun sang raja hutan itu tidak menampakkan diri dan bersembunyi dibalik semak-semak, disekitar Lembah Cikasur. Suara aumannya sempat membuat dua rekan kami yang melakukan pendakian setelah kami berdetak luar biasa kencang.

Bagi mereka yang merasa tertantang untuk mendaki, jika ingin mencapai Puncak Rengganis dapat lewat dua jalur. Jalur pertama lewat Desa Bremi, Kecamatan Krucil, Kabupaten Propolinggi. Jalur ke dua lewat Baderan, Kecamatan Sumber Malang, Kabupaten Besuki. Kedua jalur ini memiliki medan yang sama berat dan ganas, dengan jalan menanjak, berliku dan licin. Sebelum mencapai puncak terdapat sebuah lembah yang cukup luas dan memancarkan suasana aneh, itulah bekas landasan pesawat terbang peninggalan Belanda.

Rabu malam tanggal 24 Desember 2008, sekitar jam 12 malam, kami berangkat bertiga dari Kota Banjar tercinta (Asep Wisnu, Endang alias Kang Olay, dan saya sendiri yang paling junior, yg paling g tahu apa2, tapi yang paling imut, he3x…). Satu personil kita, Arif alias kang Slay, dengan sangat menyesal tidak bisa ikut dalam ekspedisi kali ini, bentrok dengan waktu ujian kuliahnya. (walau beberapa hari setelah kami kembali, dengan seribu tekad di dada, doi mendaki ke argopuro juga).

Perjalan dimulai dengan sedikit mengkhawtirkan, kita ketinggalan pesawat, eh kereta boss, konsekuensinya, kita nyambung dua kali naik kareta, nginep di stasiun pula ditemani nyamuk yang seksi, Stasiun Kroya, penginapan pertama kami.
Esoknya, kita melanjutkan perjalanan naik kereta tujuan langsung ke Probolinggo, via Jogja, solo and Surabaya. Gilanya kiat berdiri hampir sampai Surabaya karena penumpang berjubel, berebut dengan para pemudik, wah pengalaman yang cucah untuk dilupakan.

Tanggal 25 Desember 2008, sekitar Magrib kita sampai di Surabaya, melewati tanggul Lumpur Sidoarjo yang fenomenal itu, dan sehabis Isya kita sampai di tujuan terakhir untuk hari ini, Kota Probolinggo. Di koat itu kita sudah ditunggu Kang Deni, sobat sesama pendaki dari Bandung. Dengan segala usaha, akhirnya kita dapat penginapan untuk menunggu hari esok, penginapan super mewah, di emperan terminal Probolinggo!, buset nyamuknya agresif bgt cuy, tapi kelelahan membuat tidur malam itu terasa begitu nikmat.

Segera besok paginya tanggal 26 Desember 2008, kita menuju Desa terdekat dengan gunung Argopuro, Bremi, meminta izin kepada POLSEK setempat, dan dengan semangat tingkat tinggi, kita memulai pendakian diiringi udara pagi yang menyejukkan, ini pendakian kedua buat saya pribadi.
Berjam-jam kita, mendaki, melewati hujan tropis yang khas dengan pohon yang heterogen, diselingi suara2 para penghuni hutan itu, sepeti monyet (lutung lebih tepatnya), berbagai jenis burung, dsb. Menurut kabar, di Gunung ini masih terdapat macan bos, (wuih), semoga kita tidak bertemu dengan sang raja hutan itu.

Mentari semakin meninggi, dan itu adalah hari Jumat, kita tidak dapat melaksanakan Shalat Jumat. Lama kelamaan tenaga kita mulai berkurang, kaki semakin lemas, ditambanh trek yang makin berat, belum lagi persediaan air semakin berkurang, dan bahkan habis. Hampir menyerah, kita sempat berencana berkemah di hutan tropis itu, yang kata penduduk setempat, belumlah ada apa-apanya menuju Puncak Argopuro dan Puncak Rengganis.

Setelah kami bermusyawarah, dan sebelumnya kami berpapasan dengan pendaki asal Yogyakarta, kami putuskan untuk terus melanjutkan perjalanan, menuju tempat yang dinamakan Taman Hidup, begitu menurut informasi. Dan benar saja, dengan tanpa sengaja, kami melihat suatu petunjuk bahwa Taman Hidup alias Selter Pohon Roboh, tinggal beberapa Km lagi. Kami melewati rerimbunan semak, mencoba berteriak mencari petunjuk baru, dan tak berap lama teriakan kami ada yang menyahut, kami segera menuju sumber suara, dan dua orang pendaki yang tengah membuat tenda kami temukan, mereka berasal dari Probolinggo. Akhirnya, ketegangan yang sempat muncul, hilang, ditambah saat mereka menunjukkan kearah timur dari tempat itu sebuah perairan, dan SUBHANALLAH, sungguh, kami hampir tak percaya, sebuah Danau terhampar indah didepan mata kami, kami tak pernah membayangkan sebelumnya. Ditempat setinggi dan sedingin itu terdapat danau sebening itu. Kami segera berlari menuju Danau itu dan berbasah-basah ria, semua kelelahan dan rasa lapar kami hilang seketika.




TAMAN HIDUP

Keindahan pertama telah diberikan Argopuro, yang tentu saja menebalkan semangat kami untuk terus mendaki lebih tinggi dan lebih dalam lagi. Namun untuk hari ini kami memutuskan berkemah di Selter Pohon Roboh ini, ditepi Danau, bergabung dengan rekan dari Probolinggo. Malam yang indah di Tepi Danau Taman Hidup.



Danau Taman Hidup dengan kabut dinginnya, yang sesekali melewati dan menusuk kulit kami, menambah keromantisan tempat ini.
Sunset di Danau Taman Hidup, suhunya dingin banget, tapi ini sungguh menambah suasana yang indah, seandainya taman ini dekat dengan pemukiman penduduk, rasa-rasanya saya siap tinggal ditempat ini.





Hari esoknya, Sabtu 27 Desember 2008, kami tak melanjutkan perjalanan, karena menunggu rekan kami yang lain dari Jakarta, Bang Jimy dan Bang Roy, Kang Deni dengan stamina luar biasanya, menuruni gunung lagi untuk menjemput para jagoan Betawi itu. Sore harinya mereka tiba, juga para pendaki dari Kota Demak dan Semarang, yang baru datang, kami bergabung dan bermalam ditempat nyaman itu.





Minggu pagi, 28 Desember 2008, kami sepakat melanjutkan pendakian bergabung dengan rekan dari Jakarta dan Demak. Sementara rekan baru dari Probolinggo turun gunung, dan teman yang dari Semarang tetap tinggal disana, salah satu dari mereka tengah sakit. Jadilah kami membentuk pasukan baru yang besar, dan ini sungguh menyenangkan, kami bersama-sama menuju pos berikutnya, Ci Sentor, tempat transit menuju Puncak Rengganis dan Argopuro. Perjalanan kali ini tidak lebih berat dari hari sebelumnya, namun pemandangan yang terhampar semakin menakjubkan dan bervariasi, tidak hanya hutan tropis, juag semak, padang rumput, sampai Savana. Sepanjang perjalanan kami juga bertemu dengan para pendaki dari berbagai daerah di Indonesia, sahabat-sahabat baru telah kami dapatkan dalam ekspedisi ini.

bersambung ...... :)

1 komentar: