header

- See more at: http://www.fathurrizqi.com/2013/09/membuat-slideshow-headline-news-blog.html#sthash.yZzLRfk1.dpuf

Jumat, 26 September 2014

3 Pertanyaan Untuk Memahami Jati Diri



Keimanan/Aqidah yang kuat diperoleh dari hasil berpikir tentang dalil aqli berdasarkan dalil naqli. Proses berpikir tersebut melalui tiga pertanyaan dasar. Jawaban dari ketiga pertanyaan tersebut bila dijawab dengan benar dan jawaban diperoleh dari dari proses berpikir berdasarkan dalil, Insyallah akan didapat keimanan yang kuat sekaligus akan menemukan jati diri kita. Ketiga perrtanyaan dasar tersebut yaitu :


1.     Dari mana kita berasal?
Segala sesuatu ada karena ada yang menciptakan, tidak mungkin ada dengan sendirinya. kursi ada karena ada tukang kursi, handphone ada karena ada orang yang membuat handphone. Demikian pula manusia, alam semesta dan kehidupan ini yang jauh lebih kompleks, pasti ada yang menciptakan. dan Sang Pencipta itu adalah Allah Swt, Tuhan Yang Esa.

Selanjutnya, yang menciptakan dan ciptaannya tidak sama dan tidak boleh disamakan. Pembuat handphone tentu berbeda dengan handphone yang ia buat.. Allah Sang Pencipta tidak akan sama dengan mahluk ciptaan-Nya. Maka Sang Pencipta Wajib adanya dan Dia tidak sama dengan mahluk-Nya.
Allah Swt telah mengajak manusia melalui banyak Firman-Nya untuk berpikir tentang manusia, alam semesta, dan kehidupan agar benar-benar yakin akan keberadaan Allah. misalnya :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (Q.S. Ali Imran : 190)

2.     untuk apa kita hidup di dunia?
Setelah meyakini bahwa Allah itu ada melalui proses berpikir berdasarkan dalil, selanjutnya kita bertanya, untuk apa Allah menciptakan kita di dunia ini?segala sesuatu diciptakan pasti ada magsudnya dan diciptakan beserta aturannya. Contohnya kursi diciptakan untuk duduk dan ada aturan bagaimana cara duduk yang benar, handphone diciptakan untuk alat komunikasi dan ada buku petunjuk cara menggunakan dan merawat handphone agar awet dan tidak rusak. Bila kita mencoba menggunakan buku petunjuk lain, misalnya buku petunjuk mesin cuci, maka pastilah handphonenya akan rusak.
Manusia pun demikian. Allah menciptakan manusia beserta petunjuknya yaitu al-Quran dan al-Hadist. Bila manusia mencoba mencari aturan (hukum) lain atau membuat aturan (hukum) sendiri untuk mengatur hidupnya, pastilah kehidupan manusia akan rusak. dalam al-Quran dan al-Hadist tersebut dijelaskan bahwa manusia diciptakan hanya untuk ibadah. Allah Swt berfirman :
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali  untuk beribadah kepada-Ku”. (ad-Dzariyat : 56).
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa satu-satunya tugas manusia adalah beribadah. Ibadah adalah melaksanakan semua Syariat Allah Swt yang tercakup dalam Islam. Ajaran Islam sendiri mencakup segala hal, mulai dari ibadah ritual (seperti shalat, zakat, puasa, dll), ahlak, cara perpakaian, cara pergaul, mengurus keluarga, sistem ekonomi, sistem hukum, sistem pendidikan, hingga sistem pemerintahan-politik. Sehingga segala aktivitas harus ikhlas dan benar agar menjadi ibadah. Ikhlas yaitu diniatkan karena Allah, dan benar yaitu dilaksanakan sesuai dengan cara yang Allah Swt tentukan melalui syariat-Nya. Allah Swt berfirman :
“Kami turunkan kepadamu al-kitab (al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu (Q.S.an-Nahl: 89)
Allah Swt mewajibkan kita untuk melaksanakan semua syariat-Nya tanpa kecuali.
“Hai Orang-orang yang beriman, masuklah kedalam Islam secara menyeluruh.” (al-Baqaroh : 208).
Kita dilarang untuk memilih-milih ayat dalam pengamalannya.
“Apakah kamu beriman pada sebagian kitab dan ingkar pada sebagian? Maka tidak ada balasan bagi orang yang berbuat demikian diantara kamu selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan pada azab yang paling berat.” (Q.S. al-Baqarah : 85).
Allah pun mengancam bila kita berpaling/tidak melaksanakan Syariat-Nya, dan justru menggunakan aturan-aturan lain untuk mengatur segala urusannya, atau mencampuraduk antara hukum Allah dengan hukum manusia, dari ibadah ritual, mengatur keluarga, masyarakat sampai mengatur negara (pemerintahan). Perhatikan Fiman Allah Swt :
“Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku (al-Quran) maka baginya kehidupan sempit di dunia dan akan dikumpulkan dalam keadaan buta di akherat. (Q.S. Thoha : 124).
Dengan demikian tugas kita di dunia hanyalah ibadah, melaksanakan syariat Islam secara total dalam kehidupan. bila saat banyak syariat Islam yang tidak bisa dilaksanakan, maka kewajiban kita mengusahakannya dengan dakwah.

3.     mau kemana setelah kehidupan dunia ini?
Segala sesuatu pasti ada akhirnya, hanyalah Allahlah yang azali (tidak berawal dan berakhir).
Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami akan kembali.” (Q.S. al-Baqarah : 156)
Masa hidup kita di dunia ini amatlah singkat, rata-rata umur umur Nabi Muhammad Saw sekitar 60-70 tahun. setelah itu kita akan hidup di kehidupan yang sesungguhnya , kehidupan abadi, yaitu akherat. di akherat seluruh manusia dikumpulkan disuatu tempat yang bernama Padang Mahsyar untuk dihisab tentang segala hal yang kita lakukan di dunia, seperti umur, harta, dan waktu kita untuk apa digunakan. Waktu Padang Mahsyar adalah 50.000 tahun (berdasarkan HR al-Hakim).Manusia mengantri untuk dihisab satu persatu. Dalam antriannya tersebut ada yang merasa sejuk, ada yang berkeringat dengan keringatnya sampai ke mata kakinya, ada yang sampai lututnya, bahkan ada yang tenggelam dengan keringatnya sendiri, tergantung amalnya (berdasarkan HR Muslim). Subhanallah, ini baru di Padang Mahsyar, di dunia tidak ada apa-apanya.  setelah dihisab manusia akan di tempatkan diantara dua tempat, surga atau neraka, tergantung amalnya di dunia.
Tetang neraka digambarkan dalam Hadist :
Sesungguhnya siksaan yang paling ringan yang dirasakan penduduk neraka pada Hari Kiamat adalah orang yang padanya diletakkan dua bara api di bawah tumitnya yang mampu mendidihkan otaknya. Pada saat itu dia merasa bahwa tidak seorang pun yang lebih berat siksaan yang diterimanya dibandingkan dengan orang lain. Padahal sesungguhnya itulah siksa seringan-ringannya.           ”(HR Bukhari Muslim).bagaimana dengan siksaanya yang lain? Subhanallah.
Tentang surga digambarkan melalui HR Muslim bahkan kita akan melihat, mendengar dan merasakan sesuatu yang keindahan dan kenikmatannya belum pernah dibayangkan sebelumnya.
                Akhirnya bisa kita ambil kesimpulan bahwa konsekuensi dari keimanan adalah ketaqwaan, yakni melaksanakan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Demikianlah wajibnya syariat Islam diterapkan secara total dalam semua aspek kehdupan, demi keselamatan dunia dan akherat. Wallahu alam bi showab. 

1 komentar: