Keimanan/Aqidah yang kuat
diperoleh dari hasil berpikir tentang dalil aqli berdasarkan dalil naqli.
Proses berpikir tersebut melalui tiga pertanyaan dasar. Jawaban dari ketiga
pertanyaan tersebut bila dijawab dengan benar dan jawaban diperoleh dari dari
proses berpikir berdasarkan dalil, Insyallah akan didapat keimanan yang kuat
sekaligus akan menemukan jati diri kita. Ketiga perrtanyaan dasar tersebut
yaitu :
1. Dari mana kita berasal?
Segala sesuatu
ada karena ada yang menciptakan, tidak mungkin ada dengan sendirinya. kursi ada
karena ada tukang kursi, handphone ada karena ada orang yang membuat handphone.
Demikian pula manusia, alam semesta dan kehidupan ini yang jauh lebih kompleks,
pasti ada yang menciptakan. dan Sang Pencipta itu adalah Allah Swt, Tuhan Yang
Esa.
Selanjutnya, yang
menciptakan dan ciptaannya tidak sama dan tidak boleh disamakan. Pembuat
handphone tentu berbeda dengan handphone yang ia buat.. Allah Sang Pencipta
tidak akan sama dengan mahluk ciptaan-Nya. Maka Sang Pencipta Wajib adanya dan
Dia tidak sama dengan mahluk-Nya.
Allah Swt telah
mengajak manusia melalui banyak Firman-Nya untuk berpikir tentang manusia, alam
semesta, dan kehidupan agar benar-benar yakin akan keberadaan Allah. misalnya :
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (Q.S. Ali Imran : 190)
2. untuk apa kita hidup di dunia?
Setelah meyakini
bahwa Allah itu ada melalui proses berpikir berdasarkan dalil, selanjutnya kita
bertanya, untuk apa Allah menciptakan kita di dunia ini?segala sesuatu
diciptakan pasti ada magsudnya dan diciptakan beserta aturannya. Contohnya
kursi diciptakan untuk duduk dan ada aturan bagaimana cara duduk yang benar,
handphone diciptakan untuk alat komunikasi dan ada buku petunjuk cara
menggunakan dan merawat handphone agar awet dan tidak rusak. Bila kita mencoba
menggunakan buku petunjuk lain, misalnya buku petunjuk mesin cuci, maka
pastilah handphonenya akan rusak.
Manusia pun demikian.
Allah menciptakan manusia beserta petunjuknya yaitu al-Quran dan al-Hadist. Bila
manusia mencoba mencari aturan (hukum) lain atau membuat aturan (hukum) sendiri
untuk mengatur hidupnya, pastilah kehidupan manusia akan rusak. dalam al-Quran dan
al-Hadist tersebut dijelaskan bahwa manusia diciptakan hanya untuk ibadah.
Allah Swt berfirman :
“Tidaklah
Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. (ad-Dzariyat : 56).
Dari ayat di atas
dapat dipahami bahwa satu-satunya tugas manusia adalah beribadah. Ibadah adalah
melaksanakan semua Syariat Allah Swt yang tercakup dalam Islam. Ajaran Islam
sendiri mencakup segala hal, mulai dari ibadah ritual (seperti shalat, zakat,
puasa, dll), ahlak, cara perpakaian, cara pergaul, mengurus keluarga, sistem
ekonomi, sistem hukum, sistem pendidikan, hingga sistem pemerintahan-politik.
Sehingga segala aktivitas harus ikhlas
dan benar agar menjadi ibadah.
Ikhlas yaitu diniatkan karena Allah, dan benar yaitu dilaksanakan sesuai dengan
cara yang Allah Swt tentukan melalui syariat-Nya. Allah Swt berfirman :
“Kami
turunkan kepadamu al-kitab (al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu
(Q.S.an-Nahl: 89)
Allah Swt
mewajibkan kita untuk melaksanakan semua syariat-Nya tanpa kecuali.
“Hai Orang-orang yang beriman, masuklah kedalam
Islam secara menyeluruh.” (al-Baqaroh : 208).
Kita dilarang
untuk memilih-milih ayat dalam pengamalannya.
“Apakah
kamu beriman pada sebagian kitab dan ingkar pada sebagian? Maka tidak ada
balasan bagi orang yang berbuat demikian diantara kamu selain kenistaan dalam
kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan pada azab yang paling
berat.” (Q.S. al-Baqarah : 85).
Allah pun
mengancam bila kita berpaling/tidak melaksanakan Syariat-Nya, dan justru
menggunakan aturan-aturan lain untuk mengatur segala urusannya, atau
mencampuraduk antara hukum Allah dengan hukum manusia, dari ibadah ritual,
mengatur keluarga, masyarakat sampai mengatur negara (pemerintahan). Perhatikan
Fiman Allah Swt :
“Dan
barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku (al-Quran) maka baginya
kehidupan sempit di dunia dan akan dikumpulkan dalam keadaan buta di akherat.
(Q.S. Thoha : 124).
Dengan demikian
tugas kita di dunia hanyalah ibadah, melaksanakan syariat Islam secara total
dalam kehidupan. bila saat banyak syariat Islam yang tidak bisa dilaksanakan,
maka kewajiban kita mengusahakannya dengan dakwah.
3. mau kemana setelah kehidupan
dunia ini?
Segala sesuatu
pasti ada akhirnya, hanyalah Allahlah yang azali (tidak berawal dan berakhir).
“Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan
kepada-Nyalah kami akan kembali.” (Q.S. al-Baqarah : 156)
Masa hidup kita
di dunia ini amatlah singkat, rata-rata umur umur Nabi Muhammad Saw sekitar
60-70 tahun. setelah itu kita akan hidup di kehidupan yang sesungguhnya ,
kehidupan abadi, yaitu akherat. di akherat seluruh manusia dikumpulkan disuatu
tempat yang bernama Padang Mahsyar untuk dihisab tentang segala hal yang kita
lakukan di dunia, seperti umur, harta, dan waktu kita untuk apa digunakan. Waktu
Padang Mahsyar adalah 50.000 tahun (berdasarkan HR al-Hakim).Manusia mengantri
untuk dihisab satu persatu. Dalam antriannya tersebut ada yang merasa sejuk,
ada yang berkeringat dengan keringatnya sampai ke mata kakinya, ada yang sampai
lututnya, bahkan ada yang tenggelam dengan keringatnya sendiri, tergantung
amalnya (berdasarkan HR Muslim). Subhanallah, ini baru di Padang Mahsyar, di
dunia tidak ada apa-apanya. setelah
dihisab manusia akan di tempatkan diantara dua tempat, surga atau neraka,
tergantung amalnya di dunia.
Tetang neraka
digambarkan dalam Hadist :
“Sesungguhnya siksaan yang paling ringan yang dirasakan
penduduk
neraka
pada
Hari
Kiamat
adalah
orang yang padanya diletakkan dua bara api di bawah tumitnya yang mampu mendidihkan otaknya. Pada saat itu dia merasa bahwa tidak seorang pun yang lebih berat siksaan yang diterimanya
dibandingkan
dengan
orang lain. Padahal sesungguhnya itulah siksa seringan-ringannya. ”(HR Bukhari
Muslim).bagaimana
dengan siksaanya yang lain? Subhanallah.
Tentang surga
digambarkan melalui HR Muslim bahkan kita akan melihat, mendengar dan merasakan
sesuatu yang keindahan dan kenikmatannya belum pernah dibayangkan sebelumnya.
Akhirnya bisa kita ambil
kesimpulan bahwa konsekuensi dari keimanan adalah ketaqwaan, yakni melaksanakan
seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Demikianlah wajibnya
syariat Islam diterapkan secara total dalam semua aspek kehdupan, demi
keselamatan dunia dan akherat. Wallahu alam bi showab.
terimakasih :)
BalasHapus